dian purwoko

dian purwoko
kernet sepit boot

Senin, 24 September 2012

MENEBAK BATIN ORANG



Permainan ini dimulai dari mempersiapkan sebuah atau lebih hitungan aljabar yang akan digunakan untuk permainan . Misalnya n adalah sebuah bilangan yang disebutkan dalam batin seseorang.
Pertama-tama disusun hitungan aljabar oleh yang mengajak bermain, umpama:
{2(n + 1) + 4} : 2 = n + 3
Kemudian lawan bermain kita diminta untuk melakukan perintah-perintah berikut :
1. Sebutkan dalam batinmu sebuah bilangan.
2. Tambahkan bilangan tersebut dengan 1
3. Kalikan 2
4. Kemudian tambah lagi dengan 4
5. Bagilah hasilnya dengan 2
6. Sebutkan hasil terakhir ini
Misal lawan bermain kita memikirkan bilangan 5; dalam merespon perintah kita yang mengajak bermain :
1). menyebut (dalam batin) 5
2). 5 + 1 = 6
3). 6 x 2 = 12
4). 12 + 4 = 16
5). 16 : 2 = 8.
6). lawan bermain kita menyebut 8
Karena hasil hitungan yang untuk bermain adalah n + 3 ; dan 5 + 3 = 8; (atau n = 8 – 3 = 5); maka kita sebagai yang mengajak bermain menebak : Bilangan yang kau pikirkan adalah 5.

Jumat, 22 Juni 2012

MAKNA HARI PENDIDIKAN

          Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012. Hari pendidikan nasional merupakan sebuah hari yang diperingati untuk menghormati jasa pahlawan pendidikan, yaitu Ki Hajar Dewantara. Hari pendidikan nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, yang merupakan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara sebagai tanda jasa atas perjuangan beliau. Dengan perjuangan beliau, dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi seperti sekarang ini. Dahulu pada waktu masih jaman penjajahan Belanda, pendidikan untuk warga pribumi tidaklah mudah. Segala sesuatunya butuh perjuangan.
Ki Hajar Dewantara, atau yang mempunyai nama asli Raden Mas Soewardi ini bahkan sempat di buang oleh kolonial Belanda akibat tulisan kritikan beliau yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Tulisan beliau mengkritisi masalah perayaan 100 tahun bebasnya Negeri Belanda dari penjajahan Perancis pada bulan November 1913. Perayaan tersebut dirayakan di tanah jajahan Indonesia, dan dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Setelah masa pembuangan tersebut, beliau kemudian mendirikan organisasi Taman Siswa, yang menjadi cikal bakal pendidikan di Indonesia.
Di masa sekarang ini, pendidikan tidaklah sesulit jaman dahulu. Pendidikan bisa dinikmati oleh hampir semua kalangan. Walaupun ada juga beberapa kalangan yang menganggap pendidikan merupakan sesuatu yang mahal. Begitu pentingnya pendidikan bagi semua elemen masyarakat untuk kemajuan bangsa, bahkan agama Islam juga mengajarkan pentingnya menuntut ilmu, dari lahir sampai liang lahat. Dalam tatanan pemerintahan pun, anggaran biaya untuk pendidikan sangat besar, sesuai dengan amanat undang-undang. Walaupun dalam pelaksanaanya entah sesuai atau tidak. Yang jelas, pendidikan merupakan dasar yang kuat bagi suatu bangsa.
Pendidikan mempunyai arti dan pengertian yang sangat luas. Komponens-komponen dalam pendidikan harus bisa saling terintegrasi untuk membangun pendidikan. Misal pendidikan formal di sekolah, bukankah ada Guru sebagai pendidik, siswa, sarana-prasarana dan sebagainya. Kata-kata peninggalan dari bapak pendidikan nasional yang sangat terkenal adalah “ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani“. Di depan (guru) memberi contoh, di tengah (guru) memberi bimbingan, dan di belakang (guru) memberikan dorongan.
      Lalu bagaimanakah makna hari pendidikan nasional sekarang ini? Apakah kita masih harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak? Tentu saja jawabannya iya. Banyak cara untuk memaknai makna hari pendidikan. Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia, banyak hal-hal yang sangat menarik kalau dibahas. Misalnya saja mengenai sistem Ujian Nasional yang selalu saja ada masalah-masalah klasik yang menyertai. Tanpa dibahas pun, pembaca sudah banyak yang tahu.
Apakah pendidikan sekarang ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh cita-cita bangsa yang dituangkan dalam undang-undang? Mungkin kalau dilihat dari segi kuantitas, sekarang ini jauh lebih banyak orang yang bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi, dibandingkan dahulu. Tapi apabila dilihat dari segi kualitas, apakah kualitas pendidikan sekarang ini sudah lebih baik dari dahulu? Dengan banyaknya siswa yang membolos pada saat jam pelajaran sekolah, makin maraknya tawuran antar pelajar, kemrosotan moral pelajar, dan sebagainya. Tetapi jangan lupakan juga anak-anak kita yang juga sukses di dunia pendidikan dalam menjuarai berbagai lomba di tingkat nasional.

Menjadi Guru yang Nyaman Bagi Siswa

By: Jenny Gichara, S.H., B.Ed., M.Pd. | Artikel | 24 Maret 2011, 16:18:19 | Dibaca: 1778 kali
              Menjadi guru yang nyaman dan disenangi murid? Mana mungkin?” bantah seorang guru skeptis. Segala sesuatu pasti mungkin bila kita mau mengubah sikap dan paradigma berpikir tentang pekerjaan kita. Setelah terjun ke dunia pendidikan, saya baru tahu gimana rasanya menghadapi siswa dengan berbagai karakter. Di satu sisi, seorang guru seolah dituntut memenuhi kemauan siswa, sementara di sisi lain sang guru terikat dengan peraturan sekolah dan kurikulum. Memang tidak mudah. Tidak heran bila seorang guru bisa tampil jutek di depan murid-muridnya karena dihimpit berbagai tekanan dan tuntutan.
Bagaimana dengan sekarang? Kita masih sering mendengar guru yang melecehkan muridnya, marah berlebihan, melakukan kekerasan sehingga murid melakukan perlawanan, dll. Meskipun mungkin
banyak guru tidak lagi menggunakan kekerasan fisik dalam menghukum, murid masih sering ‘dihadiahi’ kata-kata yang tidak membagun dan membunuh karakternya. Kata-kata itu melukai hati murid hingga dapat menimbulkan dendam dan sakit hati.
Berikut ini adalah penyebab mengapa guru tidak disenangi para siswanya.
Tekanan hidup
Kehidupan guru di negara kita masih banyak yang memprihatinkan. Tingkat kesejahteraan hidup yang rendah ditambah tekanan ekonomi, minimnya fasilitas mengajar membuat guru banting stir untuk menghidupi keluarganya. Keadaan yang tidak kondusif ini terbawa ke sekolah sehingga ketika mengajar, disadari atau tidak beban itu terungkap, baik lewat kata-kata maupun tindakan. Bila guru mampu memilah-milah
persoalan pribadi dan keluarga, sang murid akan menjadi korban perilaku buruk dari guru tersebut.
Karakter asli
Menjadi seorang guru memang tidak mudah karena sejak awal ia sudah harus menempatkan diri sebagai seseorang yang patut ditiru (teladan sekaligus model). Bila seorang telah berkomitmen mengabdikan diri sebagai guru, sebaiknya ia menyadari peran tugas dan peranan yang ia emban di hadapan murid. Calon guru yang tadinya memiliki sifat temperamental, keras kepala, marah-marah, melecehkan, sombong, tidak sabar, kurang perhatian, berkata kasar sebaiknya mulai membuang sifat tersebut jauh-jauh. Caranya? Tentu dengan banyak latihan. Karakter asli yang buruk ini jika dibawa terus dapat menginfeksi pribadi siswa sehingga pembelajaran menjadi terganggu.
Gila hormat
Menjaga wibawa guru sah-sah saja. Namun menempatkan diri sebagai orang yang gila hormat dan tak pernah salah dapat berakibat fatal bagi siswa. Lebih parah lagi bila sang guru tidak menguasai materi, tapi tetap ngotot, bahkan tidak mau memberi kesempatan pada murid untuk bertanya karena takut siswanya lebih pintar daripadanya. Sebaliknya guru yang terbuka dengan dialog dan berwawasan luas akan semakin memacu dirinya agar dapat selangkah lebih maju dibanding muridnya.
GURU YANG NYAMAN BAGI SISWA
Mempunyai panggilan sebagai guru
Parker J. Palmer, dalam bukunya The Courage to Teach, San Fransisco, menuliskan bahwa cara kita mengajar akan menunjukkan siapa diri kita (We Teach Who We Are). Seorang guru hendaknya mengajar karena panggilan hati untuk memperbarui kehidupan siswanya, baik secara kognitif maupun sikap (teaching from within). Jangan sekali-kali menjadikan profesi guru sebagai pelarian atau karena gagal meraih tujuan tertentu. Saat ini kita benar-benar membutuhkan seseorang yang siap ditempa menjadi guru, didorong oleh panggilan hati dan tidak terpaksa menekuni bidang yang dipilihnya.
Dengan kata lain, bila merasa panggilan hati Anda bukanlah menjadi seorang pengajar (guru), janganlah memaksakan diri atau pura-pura mencintai pekerjaan itu. Segala sesuatu yang dipaksakan tidak akan pernah membuahkan hasil optimal. Lagipula sikap dan keengganan Anda mengajar akan segera terpancar kepada murid Anda sehingga dapat meninggalkan rekaman buruk di hati dan pikiran mereka. Suatu saat keburukan Anda akan meledak bagai menunggu bom waktu.
Tidak Perlu Jaim
Di zaman ini, rasanya kurang pas bila seorang guru masih terus menjaga jarak dengan siswa atas nama wibawa alias jaim atau jaga image. Wibawa terpancar dari kharisma yang melekat pada diri seorang guru dan tidak akan pernah pudar manakala ia bersentuhan langsung dengan siswa. Seorang guru sebaiknya bisa berperan ganda, baik sebagai teman dan sekaligus sebagai orangtua. Tujuannya bukan sama sekali untuk merendahkan martabat guru tapi demi lancarnya kelangsungan proses belajar-mengajar itu sendiri.
Sebagai teman, guru dapat menerapkannya dalam kehidupan murid ketika melakukan tugas lapangan. Dalam hubungan ini, guru bisa lebih banyak mengeksplorasi kemampuan murid sehingga dapat mengembangkan potensi atau bakat positif yang mereka miliki. Sebagai orangtua, guru dapat bersikap tegas, penuh wibawa saat mendidik atau mendisiplinkan murid namun tetap dengan hati yang mengasihi dan panjang sabar. Jangan pernah sungkan memberi ruang pada murid sebagai teman curhat yang terpercaya bagi anak-anak didik.
Anda adalah Apa yang Anda Katakan
Artinya perkataan merupakan cerminan hidup seorang guru. Bila kata-kata yang dikeluarkan adalah kata-kata negatif, maka itulah hidup Anda yang sesungguhnya. Sebaliknya, bila kata-kata yang Anda keluarkan bersifat membangun, mendidik dan memotivasi, begitu jugalah diri Anda yang sebenarnya. Kata-kata adalah buku terbuka sebab dari sanalah terpancar kepribadian Anda. Di saat mengajar siswa, hati-hatilah Anda bicara, sebab perkataan positif dan negatif biasanya langsung direkam oleh otak siswa sehingga mereka dapat menilai siapa Anda yang sesungguhnya.
Sadari Profesi Sebagai Guru
Bila ditanya, siapa nama guru yang berkesan dalam hidup Anda? Paling tidak kita hanya dapat menyebutkan beberapa nama. Tapi, cobalah tanya nama guru yang tidak berkesan dan bahkan mungkin menyebalkan dalam hidup Anda, kita pasti mampu menjejerkan puluhan nama lengkap dengan ‘record’ buruknya meskipun sebagian besar dari mereka sudah meninggal dunia. Tapi bagaimanapun, kita harus tetap menghormati jasa mereka.
Sebagai penutup, kiranya Anda betul-betul menyadari bahwa Anda adalah seorang guru yang menjadi teladan bagi para murid. Seluruh tingkah laku dan gaya hidup sehari-hari Anda mencerminkan kepribadian Anda yang hampir seluruhnya akan dilihat dan dicontoh murid. Melalui hal itulah murid akan belajar tentang kehidupan orang yang lebih dewasa daripada mereka.
Jika seorang guru sadar akan hal ini sejak awal, paling tidak Anda semakin waspada berperilaku ketika berinteraksi dengan siswa. Yang lebih penting lagi, murid mendambakan konsistensi antara perkataan dan perbuatan Anda. Jangan lupa, mata dan hati para murid cenderung mengingat dan cenderung melihat cela saat Anda melakukan kesalahan. Bila hal ini disadari sepenuhnya, kemungkinan Anda disukai murid bukanlah sesuatu yang mustahil, tapi pasti terjadi dan siap mengantarkan Anda menjadi seorang guru yang handal, terpercaya, mengasihi murid serta siap mencetak siswa yang cepat tanggap (responsif) dan bertanggung jawab.

10 Cara Kreatif Mengajar Matematika

          Bagi calon guru matematika, tips ini sangat berguna bagi kalian. Sebagai guru, tentunya kita harus membuat anak didik kita mengerti dan paham atas apa yang telah kita ajarkan. Jadi, tips dan trik ini penting banget untuk membuat anak didik kita paham.Berikut ini ada beberapa aktifitas di kelas untuk menumbuhkan kreativitas dalam pengajaran matematika. Dalam pengajaran, sering-seringlah mengajukan pertanyaan kritis seperti “Apakah Kamu mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?” “Apakah kamu dapat?” untuk meningkatkan pemahaman anak-anak dari ide-ide dan kosakata matematika. Berikut beberapa aktifitas yang mungkin dapat dipraktekkan di kelas:
1. Gunakan dramatisasi. Ajaklah anak-anak berpura-pura berada di sebuah bola (sphere) atau kotak (prisma), merasakan sisi-sisinya, ujung-ujungnya, dan sudutnya dan menyandiwarakan secara sederhana masalah aritmatika seperti: Tiga katak melompat dalam kolam dsb.
2. Menggunakan anggota tubuh anak-anak. Menyarankan agar anak-anak menunjukkan berapa banyak kaki, mulut, dan sebagainya. Ketika diminta untuk menampilkan “tiga tangan,” mereka akan menanggapi dengan protes keras, dan kemudian menunjukkan berapa banyak tangan yang mereka memiliki( “membuktikan”) ini. Kemudian mengajak anak-anak untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?” Kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru. Selain itu guru menampilkan angka dalam berbagai cara (misalnya, menunjukkan lima dengan tiga pada jari tangan kiri dan dua di jari tangan kanan).
3. Menggunakan permainan. Melibatkan anak-anak bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di toko, menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.
4. Menggunakan mainan. Mendorong anak-anak untuk menggunakan “adegan” dan mainan untuk simulasi kejadian nyata, seperti tiga mobil di jalan, atau misalnya, untuk menunjukkan ada dua monyet di atas pohon dan dua di atas tanah.
5. Menggunakan cerita anak-anak. Bercerita tentang sebuah kisah menarik yang didalamnya berisi konsep matematika. Jika perlu diperagakan khususnya untuk memperjelas konsep matematikanya
6. Gunakan kreativitas alami anak. Menggali ide anak tentang matematika harus didiskusikan dengan mereka. Misal seorang anak 6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”. “Wow, itu 5 angka lebih besar yang kamu tahu”.
7. Menggunakan kemampuan pemecahan masalah. Menanyakan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah.
8. Menggunakan berbagai strategi. Bawalah matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.
9. Menggunakan teknologi. Cobalah gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak, perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer secara bijak.
10. Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika. Menggunakan observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin setiap anak dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis.

Sepuluh ciri guru profesional

1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa  mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,  membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi  panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga  memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik  untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan  mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.

Jenjang Pendidikan

           Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi. Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak usia dini, pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar.
Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini atau disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
* Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
  • Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Bentuk Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bentuk satuan pendidikan anak usia dini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Jalur Pendidikan Formal
Terdiri atas Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal (RA) yang dapat diikuti anak usia lima tahun keatas. Termasuk di sini adalah Bustanul Athfal (BA).
Jalur Pendidikan Non Formal
Terdiri atas Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan Satuan PAUD Sejenis. Kelompok Bermain dapat diikuti anak usia dua tahun keatas, sedangkan Penitipan Anak dan Satuan PAUD Sejenis diikuti anak sejak lahir, atau usia tiga bulan.
Jalur Pendidikan Informal
Terdiri atas pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan di lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah melindungi hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, meskipun mereka tidak masuk ke lembaga pendidikan anak usia dini, baik formal maupun nonformal.
Pendidikan Dasar
Pendidikan ini merupakan pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak, yaitu di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada masa ini para siswa mempelajari bidang-bidang studi antara lain: – Ilmu Pengetahuan Alam – Matematika – Ilmu Pengetahuan Sosial – Bahasa Indonesia – Bahasa Inggris – Pendidikan Seni – Pendidikan Olahraga
Di akhir masa pendidikan di SD, para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke SMP dengan lama pendidikan 3 tahun.
Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

KUALITAS LEMBAR KERJA SISWA


Endang Widjajanti
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
Pendahuluan
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang
disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan
pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena
dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang
lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan
pembelajaran yang dirancang.
Media pembelajaran menurut Heinich seperti yang dikutip oleh Azhar Arsyad
(2004 : 3) adalah media yang membawa pesan atau informasi dengan tujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Aliah Abdulah seperti
yang dikutip oleh Sumarni (2004 : 16) mendefinisikan media pembelajaran sebagai
sumber informasi berbentuk bahan cetak/ buku, majalah, LKS, dan sejenisnya yang
dapat digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran dalam menyajikan atau
menyerap mata pelajaran. Belajar dengan menggunakan media memungkinkan siswa
belajar dengan panca inderanya. Menurut Surachman yang dikutip oleh Sumarni (2004 :
15-16), LKS merupakan jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa
belajar secara terarah. Menurut Slamet (dalam Sumarni: 2004:15) pembelajaran
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal berupa kemampuan awal siswa dan
faktor eksternal berupa pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat
dilakukan dengan menggunakan media LKS.
Lembar Kerja Siswa selain sebagai media pembelajaran juga mempunyai
beberapa fungsi yang lain, yaitu :
1) merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau
memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar
2) dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu
penyajian suatu topik
3) dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa
4) dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas
5) membantu siswa dapat lebih aktif dlam proses belajar mengajar
6) dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi, sistematis mudah
dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa
7) dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi
belajar dan rasa ingin tahu
8) dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena
siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya
9) dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin
10) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Cara penyajian materi pelajaran dalam LKS meliputi penyampaian materi secara
ringkas kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif misalnya latihan soal, diskusi dan
percobaan sederhana. Selain itu penyusunan LKS yang tepat dapat digunakan untuk
mengembangkan keterampilan proses,
Kriteria Kualitas Lembar Kerja Siswa
Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar
mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat
didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.
Kaligis 1992 : 41-46).
1) Syarat- syarat didaktik
mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan
baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada
proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi
stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan
mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional,
moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan
pengembangan pribadi siswa.
2) Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,
kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS
3) Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan
penampilannya dalam LKS
Syarat – Syarat Didaktik Penyusunan LKS
LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran
2. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep
3. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan
ciri KTSP
4. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan
estetika pada diri siswa
5. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.
Syarat Konstruksi Penyusunan LKS
Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan
bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada
hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu
anak didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu :
a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.
b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu :
(1) Hindarkan kalimat kompleks.
(2) Hindarkan “kata-kata tak jelas” misalnya “mungkin”, “kira-kira”.
(3) Hindarkan kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda.
(4) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif.
c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
Apalagi konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks,
dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu.
d. Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan
merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi,
bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.
e. Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan
siswa.                          
f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa
untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai
dimana anak harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan
yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa
hasil kerja siswa.
g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang
tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu
pendek juga dapat mengundang pertanyaan.
h. Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada
sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat “formal” atau abstrak
sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak.
i. Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat.
j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi.
k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas,
mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan
sebagainya.
Syarat Teknis Penyusunan LKS
a. Tulisan
(1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.
(2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang
diberi garis bawah.
(3) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.
(4) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban
siswa.
(5) Usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.
b. Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan
pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.
c. Penampilan
Penampilan sangat penting dalam LKS. Anak pertama-tama akan tertarik pada
penampilan bukan pada isinya.
Aspek- aspek Penilaian LKS
Kualitas LKS kimia yang disusun juga harus memenuhi aspek- aspek penilaian
(diadaptasi dari Hermawan (2004:17-18) yang meliputi
a. Aspek Pendekatan Penulisan
1). Menekankan keterampilan proses
2). Menghubungkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kehidupan
3). Mengajak siswa aktif dalam pembelajaran
b. Aspek Kebenaran Konsep Kimia
4). Kesesuaian konsep dengan konsep yang dikemukakan oleh ahli kimia
5). Kebenaran susunan materi tiap bab dan prasyarat yang digunakan
c. Aspek Kedalaman Konsep
6). Muatan latar belakang sejarah penemuan konsep, hukum, atau fakta
7). Kedalaman materi sesuai dengan kompetensi siswa berdasarkan Kurikulum
KTSP
d. Aspek Keluasan Konsep
8). Kesesuaian konsep dengan materi pokok dalam Kurikulum KTSP SMP
9). Hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari
10). Informasi yang dikemukakan mengikuti perkembangan zaman
e. Aspek Kejelasan Kalimat
11). Kalimat tidak menimbulkan makna ganda
12). Kalimat yang digunakan mudah dipahami
f. Aspek Kebahasaan
13). Bahasa yang digunakan mengajak siswa interaktif
14). Bahasa yang digunakan baku dan menarik
g. Aspek Penilaian Hasil Belajar
15). Mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
16). Mengukur kemampuan siswa secara mendalam dan berdasarkan standar
kompetensi yang ditentukan oleh Kurikulum KTSP
h. Aspek Kegiatan Siswa / Percobaan Kimia
17). Memberikan pengalaman langsung
18). Mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau fakta
19). Kesesuaian kegiatan siswa / percobaan kimia dengan materi pelajaran dalam
Kurikulum KTSP SMP
i. Aspek Keterlaksanaan
20). Materi pokok sesuai dengan alokasi waktu di sekolah
21). Kegiatan siswa / percobaan kimia dapat dilaksanakan
j. Aspek Penampilan Fisik
22). Desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi, dan daya tarik buku baik
23). Kejelasan tulisan dan gambar
24). Penampilan fisik buku dapat mendorong minat baca siswa
Agar LKS yang disusun dapat diukur kualitasnya, maka perlu diadakan
penilaian oleh mereka yang dianggap berkompeten. Sedangkan penentuan kualitas LKS
didasarkan pada asumsi standar ideal (kurva normal), yaitu membandingkan dengan
skor ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. (2004)..Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo
Anonim. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta:
Depdikbud.
Depdiknas. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata pelajaran Ilmu Kimia.
Jakarta: Depdikbud.
E. Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis.(1992). Pendidikan IPA II. Jakarta:
Depdikbud
Ibrahim dan Beny Karyati. (1991). Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta:
Universitas Terbuka
Nana Syaodih Sukmadinata.(2002). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya